Membiasakan Puasa Sunnah untuk Melatih Diri Agar Tetap Dekat dengan Allah

Membiasakan Puasa Sunnah untuk Melatih Diri Agar Tetap Dekat dengan Allah 

Setelah sebulan lamanya kita berpuasa dan baru saja selesai dengan datangnya hari raya idul Fitri, sebagai mukmin yang beriman biasanya akan melanjutkan puasanya pada bulan sawal. 

Hal ini hukumnya Sunnah. Namun bagi perempuan yang meniatkan untuk membayar puasanya yang batal karena datangnya haid pada bulan puasa kemaren, dapat dua pahala. Pahala membayar puasa wajib dan pahala melakukan puasa Sunnah. Jadi pahalanya ada dua. 

Sebab puasa yang dilakukan enam hari pada bulan sawal hukumnya Sunnah. Maka beruntunglah bagi perempuan yang cepat mengganti puasanya pada bulan sawal. Adapun melakukan puasa setelah puasa ramadhan adalah salah satu tanda bahwa ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT.

Al-Hafidz Ibnu Rojab rohimahulloh berkata:

•- معاودةُ الصيام بعدَ صيام رمضان، علامةٌ على قَبولِ صومِ رمضان، فإنَّ الله إذا تقبل عملَ عبدٍ، وفّقهُ لعملٍ صالحٍ بَعدهُ .

"Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan. Sebab, sesungguhnya Allah jika menerima amalan seorang hamba maka (Allah) akan berikan taufiq kepadanya untuk beramal sholeh setelahnya."

Lathoiful Ma'arif hal: 221

Pembaca yang budiman. Amalan-amalan sunnah merupakan bentuk rahmat Allah kepada hambaNya. Dimana banyak amalan-amalan wajib  kita yang kurang sempurna dalam menunaikannya. Maka amalan Sunnah adalah sebagai penyempurnaannya. 

Tatkala seseorang  membiasakan diri dengan mengerjakan amalan-alaman sunnah adalah pertanda bahwa Rahmat dan petunjuk Allah itu sudah masuk ke dalam hati seseorang hamba.

Maka mengerjakan amal-amal Sunnah setelah amalan wajib menjadi terasa ringan. Jika sempat tidak dikerjakan maka seseorang itu akan merasa ada yang kurang pada dirinya. Ini berarti bahwa seorang hamba itu sudah merasakan manisnya iman dan ingin selalu melakukannya. 

Oleh karena itu, mari kita isi waktu-waktu yang ada untuk beramal, baik yang wajib maupun yang sunnah, sampai kita berjumpa dengan Allah 'Azza wa Jalla.

(وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ)
[سورة الحجر 99]

"Beribadahlah kepada Robb-mu sampai kematian mendatangimu."

Karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita. Saat ini, besok atau lusa. Dalam keadaan beriman atau dalam keadaan bermaksiat kepadaNya. Tentunya kita semua ingin matinya dalam keadaan Husnul khatimah. 

Kematian itu adalah pasti. Dia pasti akan datang kepada kita. Sedetikpun tidak bisa kita tangguhkan. Ketika ajal sudah mendekat maka malaikat Izrail akan datang mencabut nyawa kita. Lalu bagaimana kalau seandainya persiapan kita untuk menuju kematian itu masih sangat kurang bahkan belum ada. 

Bagaimana nasib kita nanti saat kita sudah terbujur kaku sendirian di dalam tanah. Tidak ada lagi yang menemani satu orangpun walaupun itu ayah ibu, suami atau istri, anak atau saudara, teman atau kerabat. Yang selama di dunia ini selalu bersama kita. Namun ketika kita sudah tak bernyawa mereka semua akan cepat-cepat mengantarkan kita ke kuburan dan kita akan ditimbun sendirian hanya berselimut kain kafan. 

Mungkin saat kita baru saja meninggal kita merasa seolah sedang bermimpi, saat dimandikan kita juga merasa sedang bermimpi, karena dikerumuni dan dimandikan oleh banyak orang. Saat kita di kafani kita merasa juga sedang bermimpi, saat kita di shalatkan kita juga merasa sedang bermimpi. Saat kita dibawa ke pusara pun mungkin kita merasa sedang bermimpi. Saat ditimbun dan di tutupin sama tanah mungkin kita juga merasa sedang bermimpi. 

Begitu juga saat semua orang meninggalkan pusara kita dan hanya mendengar langkah kaki kita mungkin merasa sedang bermimpi. Tapi ketika Allah sudah mengembalikan ruh ke dalam jasad kita dan kita merasakan dinginnya alam kubur, yang tercium hanya lumpur, kanan kiri hanya ada tanah dan kita tidak bisa lagi bergerak bebas disanalah kita sadar bahwa kita sudah berpindah alam. 

Barulah kita memanggil ya Allah dimana aku. Wahai ibu, wahai ayah, wahai suami, wahai istri, wahai anak-anakku, wahai sahabatku, dimana kalian. Mereka semua tidak ada yang menjawab. 

Lalu apakah saat setelah keadaan kita begini baru kita sadar, sungguh sudah terlambat. Karena tidak mungkin lagi kita balik ke dunia untuk beramal. 

Karena itu selagi ada kesempatan wahai para pembaca yang budiman, tak ada salahnya kita saling mengingatkan, agar kelak hidup kita selaras, bahagia di dunia juga bahagia di akhirat. Semoga semua kita nanti mati dalam keadaan Husnul khatimah. Aamiin 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK DENGAN HATI

Pelatihan Belajar Menulis Pertemuan Ke - 3 Gelombang 25

MENGHADIRI ACARA PERPISAHAN DI SMK BAITURRAHMAN KANDIS