Postingan

Begal di Jalanan Membuat Masyarakat Takut untuk Ke luar Rumah

Begal di Jalanan Membuat Masyarakat Takut Untuk Ke luar Rumah  Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang tak terduga. Menandakan bahwa negeri kita ini sedang tidak baik-baik saja. Contohnya saja beberapa hari belakangan ini telah terjadi pembegalan terhadap suami  sahabat saya.  Suami sahabat saya berangkat dari rumahnya pada jam sepuluh malam pergi ke luar rumah membelikan makanan ringan buat anaknya yang pada saat itu sang anak menginap di rumah neneknya. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba dia dicegat oleh dua orang preman yang tidak dikenal. Dengan hati berdebar terpaksa sepeda motornya ia hentikan secara mendadak. Sulit sekali baginya untuk mengenali pemuda itu karena keduanya memakai masker hitam. Yang terlihat hanyalah kedua bola matanya saja. Dengan menudingkan senjata tajam kepada pemuda itu mengancam suami sahabat saya yang bernama Riski. Ia meminta semua barang berharganya untuk diserahkan. Namun dengan cepat Riski mematikan kontak sepeda motornya dan membua...

Pagi yang Cerah

Pagi yang Cerah Saat mentari bersinar terang. Deru kendaraan berkecamuk di jalanan. Seolah telinga tuli dan tiada lagi yang bisa di dengar. Baja tua melaju kencang menuju jalan tanpa arah.  Raungan knalpot memekakan telinga. Debu jalanan ikut terbang entah ke mana. Angin kencang tak ketinggalan ugal-ugalan tak mau kalah dengan baja tua. Dedaunan tersenyum lirih. Berbisik sesamanya ada apa dengan baja tua. Masih pagi sudah berlomba menggelinding di atas aspal hitam. Burung Pipit berkicau riang, seolah tak peduli dengan apa yang terjadi pagi ini. Merpati hiruk pikuk di atas genteng bercerita tentang kesibukan pagi.

Melihat Awan Putih Meredup Dikala Senja.

Melihat Awan Putih Meredup Dikala Senja. Tuhan terima kasih atas anugerahMu, yang sampai hari ini aku masih bisa menikmati hidup.  Melihat awan putih meredup dikala senja. Melihat burung-burung pulang ke sarangnya saat matahari mulai menghilang.  Betapa aku bersyukur atas segalanya. Di mana beberapa sahabatku sudah tutup usia. Mereka tak lagi bisa menyaksikan alam dunia seperti yang aku alami hari ini. Tuhan sebelum aku meninggalkan dunia ini, aku mohon kepada-Mu, ampunilah segala dosa dan khilafku. Aku tak pernah tahu kapan aku akan memghadapMu, karena itu adalah rahasiMu sejak aku di dalam rahim ibuku. Namun yang aku tahu bahwa aku pasti akan kembali kepada-Mu. Esok, atau lusa, sehari, seminggu, sebulan atau setahun dan entah berapa lama lagi nafas ini Engkau pinjamkan kepada ragaku.  Detik demi detik aku lalui, dengan pinjaman segala yang ada di jiwa ragaku yang sempurna ini. Semua itu gratis dariMu tanpa bayaran sepersenpun. Namun terkadang aku masih lalai dari memgin...

Pilu

Pilu Affan Derita ibumu terhampar di negeri ini Jerit tangisnya menggema di mana-mana Luka lara batinnya dirasakan semua ibu Saat jenazahmu terbaring kaku Saat para pelayat memenuhi rumahmu Ibumu menepuk dada tanda sesak tiada Tara Air matanya tumpah ruah karena tubuhmu hancur terlindas baja Affan Cukupkah kata maaf untuk menghapus derita ibumu Cukupkah kata maaf untuk mengembalikan senyum dibibir ibumu Cukupkah kata maaf untuk mengobati semua rasa pilu yang merobek hati ibumu Affan Derita ibumu adalah derita rakyat kecil yang tak dianggap Tangisan ibumu adalah tangisan rakyat kecil yang sering tersakiti Langit dan bumi sebagai saksi betapa beratnya beban batin ibumu  Affan Semoga ibumu sabar menghadapi ini semua Mungkin hari ini air mata ibumu telah mengring Kering karena telah terlalu banyak tertumpah Namun hatinya takkan pernah berhenti untuk menangis Semoga engkau tenang di alam sana Affan  Walau satu lagi nyawa masih terbaring  Ya, terbaring  lemas diranjang rum...

Puisi : Cahaya lentera di Keheningan Malam

Puisi : Cahaya lentera di Keheningan Malam Malam kelam telah tiba Cahaya lentera bergelip dikeheningan malam Bintang-bintang tiada lagi bersinar Ditutup awan gelap yang menggantung di langit Jauh di ujung jalan yang kelam Cahaya lilin menari di atas gerobak  usang  Seorang kakek tua termangu memandang seonggok jagung rebus, Juga kacang tanah yang entah kapan akan terjual Angin malam bertiup pelan namun pasti Perlahan menembus dan menusuk kulit keriput kakek itu Namun dia tak pernah lelah Semangat juangnya untuk bertahan hidup selalu bergelora Wahai manusia yang disebut anak Adakah hatimu untuk kakek tua ini Kau adalah jantung hatinya Buah dari cinta dan kasih sayang yang selama ini mereka bina Kau telah dibesarkan dengan tetesan keringatnya Tak adakah sedikit aja belas kasihmu kepadanya Hingga kau tega biarkan tubuh ringkihnya menahan angin malam Demi sesuap nasi yang tak pernah ia dapatkan darimu

Puisi : Merdeka dalam Derita

Puisi : Merdeka dalam Derita Delapan puluh tahun sudah Indonesiaku lepas dari penjajahan dunia Delapan puluh tahun sudah Dentuman bom itu seolah sirna Delapan puluh tahun sudah tragedi berdarah itu seolah tiada Namun benarkah Indonesia sudah merdeka Benarkah Indonesia tidak lagi terjajah Atau bahkan hati rakyat justru masih terbelenggu Terkurung di dalam sangkar emas kemerdekaan Hanya terbebas dari para penjajah, namun terjajah oleh para penguasa Wahai Indonesiaku yang indah Wahai Indonesiaku yang kaya Rakyatmu menangis sampai ketulang Rakyatmu menjerit dalam derita batin yang tak kunjung berakhir Kenapa merdeka itu hanya semu Kenapa manisnya merdeka hanya bagi segelintir orang Kenapa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak kunjung terwujud Ada apa denganmu wahai Indonesiaku 

Kisah Sedih Anak yang Bekerja Sebagai Tukang Parkir

Kisah Sedih Seorang Anak yang Bekerja Sebagai Tukang Parkir Tadi malam lagi asyik menikmati Miso di warung kecilku, tiba-tiba ada seorang anak yang bekerja sebagai tukang parkir datang menghampiriku. Aku juga heran, karena dia itu bukan membeli miso melainkan menbeli nasi goreng yang ada di samping kedaiku, tapi dia malah duduk di kedai misoku.  Bak air mengalir, dia menceritakan kisah hidupnya kepadaku. Tanpa ragu dia memulai pembicaraan. "Bu, saya orang baru di sini, saya ke sini dibawa sama paman saya, dia juga bekerja sebagai tukang parkir di depan kedai sana, aku baru makan lho Bu, satu hari ini aku baru makan sekali ini. Perutku rasanya sangat lapar sekali,' katanya kepadaku.  Mendengar hal ini aku yang tadinya tidak bicara apa-apa hanya jadi pendengar setia langsung mengangkat kepala dan melihat kepadanya. Hatiku mulai bergetar dan air mataku terpaksa aku tahan agar tak jatuh.  "Nak, emang kamu dari mana, orang tuamu di mana, terus kenapa kamu tidak sekolah, dan ke...